Semoga Allah membalas Anda dengan kebaikan. Ini juga pertanyaan dari saudari kita. Ia berkata, “Ada seorang wanita di Masjid Nabawi yang—mohon maaf—jika ia perlu ke toilet, ia keluar, berwudhu, lalu kembali ke masjid Setelah itu, ia mendirikan Shalat Tahiyatul Masjid dan dua rakaat setelah wudhu Kami telah menasihatinya bahwa itu adalah waktu larangan shalat Namun ia berkata, ‘Ini termasuk shalat sunnah yang memiliki sebab, sehingga boleh dilakukan pada waktu larangan…’Apakah ucapannya benar? Semoga Allah membalas Anda dengan kebaikan.”
Dalam masalah ini, ada perbedaan pendapat di kalangan ulama fikih mengenai hukum melaksanakan shalat sunnah yang memiliki sebab di waktu-waktu terlarang. Terdapat tiga pendapat yang masyhur:
[PERTAMA]
Ulama Mazhab Syafi’i berpendapat bahwa semua shalat sunnah yang memiliki sebab boleh dilaksanakan pada waktu-waktu terlarang secara mutlak. Di antaranya adalah Shalat Tahiyatul Masjid. Ini berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Jika salah seorang dari kalian masuk masjid, maka janganlah ia duduk sebelum shalat dua rakaat.” (HR. Bukhari).
[KEDUA]
Adapun pendapat lain menyatakan bahwa seluruh shalat sunnah yang memiliki sebab, tidak boleh dilaksanakan pada waktu-waktu terlarang. Ini merupakan pendapat ulama Mazhab Hanafi. Mereka berdalil dengan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Tidak ada shalat setelah Ashar hingga matahari terbenam dan tidak ada shalat setelah Subuh hingga matahari terbit.” (HR. Muslim). Para ulama itu berpendapat bahwa hadis ini mengandung larangan. Hadis-hadis yang melarang shalat pada waktu-waktu terlarang sangat banyak dan mencapai derajat mutawatir.
[KETIGA]
Pendapat ketiga menyatakan bahwa waktu larangan shalat terbagi menjadi dua jenis:
Jenis pertama adalah waktu larangan yang bersifat longgar, yaitu sejak setelah terbit fajar hingga permulaan terbit matahari, dan juga setelah Shalat Ashar hingga matahari mulai menguning. Pada waktu-waktu ini, shalat sunnah yang memiliki sebab masih boleh dilakukan.
Jenis kedua adalah waktu larangan yang bersifat ketat, yaitu tiga waktu:
(1) Sejak permulaan terbitnya matahari hingga matahari meninggi dan terbit sempurna.
(2) Saat matahari berada tepat di tengah langit (tengah hari).
(3) Ketika matahari mulai tenggelam hingga benar-benar terbenam.
Pendapat ini berdasarkan hadis dari Uqbah bin Amir. Ia berkata, “Ada tiga waktu yang kami dilarang oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk melaksanakan shalat atau mengubur jenazah pada waktu-waktu itu…” (HR. Muslim). Lalu beliau menyebutkan tiga waktu tersebut.
Menurut kami, pendapat ketiga inilah yang paling kuat. Karena pendapat inilah yang menghimpun seluruh dalil dalam permasalahan ini. Namun, sebagaimana telah disampaikan bahwa dalam masalah ini terdapat perbedaan pendapat, dan setiap pendapat memiliki dasar dan arah pandang masing-masing yang menjadi sandarannya.
===
أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكُمْ هَذَا أَيْضًا سُؤَالٌ مِنْ أُخْتِنَا تَقُولُ هُنَاكَ امْرَأَةٌ فِي مَسْجِدِ خَيْرِ الْخَلْقِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا احْتَاجَتْ أَكْرَمَكَ اللَّهُ إِلَى دَورَةِ الْمِيَاهِ فَإِنَّهَا تَخْرُجُ وَتَتَوَضَّأُ ثُمَّ بَعْدَ ذَلِكَ تَعُودُ وَتُؤَدِّي تَحِيَّةَ الْمَسْجِدِ وَرَكْعَتَيْ الْوُضُوءِ نَصَحنَاهَا وَقُلْنَا هَذَا وَقْتُ النَّهْيِ فَقَالَتْ لَا هَذِهِ مِن الصَّلَوَاتِ النَّوَافِلِ الَّتِي ذَوَاتِ الْأَسْبَابِ تُؤَدَّى فِي أَوْقَاتِ النَّهْيِ فَمَا صِحَّةُ كَلَامِهَا؟ أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكُمْ
هُنَا خِلَافٌ فِقْهِيٌّ فِي مَسْأَلَةِ أَدَاءِ الصَّلَوَاتِ ذَوَاتِ الْأَسْبَابِ فِي أَوْقَاتِ النَّهْيِ هُنَاكَ ثَلَاثَةُ أَقْوَالٍ مَشْهُورَةٍ
وَفُقَهَاءُ الشَّافِعِيَةِ يَرَوْنَ أَنَّ ذَوَاتِ الْأَسْبَابِ تُفْعَلُ فِي أَوْقَاتِ النَّهْيِ مُطْلَقًا وَمِنْهَا تَحِيَّةُ الْمَسْجِدِ لِقَوْلِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ أَحَدُكُمْ الْمَسْجِدَ فَلَا يَجْلِسْ حَتَّى يُصَلِّيَ رَكْعَتَيْنِ
وَهُنَاكَ مَنْهَجٌ آخَرَ يَقُولُ بِأَنَّ ذَوَاتِ الْأَسْبَابِ لَا تُفْعَلُ فِي أَوْقَاتِ النَّهْيِ مُطْلَقًا وَهَذَا مَذْهَبُ فُقَهَاءِ الْحَنَفِيَّةِ يَسْتَدِلُّونَ عَلَيْهِ بِقَوْلِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا صَلَاةَ بَعْدَ الْعَصْرِ حَتَّى تَغْرُبَ الشَّمْسُ وَلَا صَلَاةَ بَعْدَ الْفَجْرِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ قَالُوا هَذَا حَدِيثٌ فِيهِ النَّهْيُ وَأَحَادِيثُ النَّهْىِ عَنِ الصَّلَاةِ فِي أَوْقَاتِ النَّهْيِ مُتَعَدِّدَةٌ مُتَوَاتِرَةٌ
وَهُنَاكَ قَوْلٌ يَقُولُ بِأَنَّ أَوْقَاتَ النَّهْيِ عَلَى نَوْعَيْنِ
النَّوْعُ الْأَوَّلُ أَوْقَاتُ النَّهْيِ الْمُوَسَّعَةُ فَتَكُونُ بَعْدَ طُلُوعِ الْفَجْرِ إِلَى بِدْءِ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَبَعْدَ صَلَاةِ الْعَصْرِ إِلَى اصْفِرَارِ الشَّمْسِ فَهَذِهِ الْأَوْقَاتُ تُفْعَلُ فِيهَا ذَوَاتُ الْأَسْبَابِ
وَالنَّوْعُ الثَّانِي أَوْقَاتُ النَّهْيِ الْمُضَيَّقَةُ وَهِيَ ثَلَاثَةُ أَوْقَاتٍ
وَهِيَ مِنْ بِدْءِ طُلُوعِ الشَّمْسِ إِلَى ارْتِفَاعِهَا وَاسْتِكْبَارِهَا
وَوَقْتُ تَوَسُّطِ الشَّمْسِ فِي كَبِدِ السَّمَاءِ
وَوَقْتُ تَضَيُّقِ الشَّمْسِ لِلْغُرُوبِ حَتَّى تَغْرُبَ
لِمَا وَرَدَ فِي حَدِيثِ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ قَالَ ثَلَاثُ سَاعَاتٍ نَهَانَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ نُصَلِّيَ فِيهِنَّ أَوْ أَنْ نَقْبُرَ فِيهِنَّ مَوْتَانَا ثُمَّ ذَكَرَ هَذِهِ السَّاعَاتِ الثَّلَاثَ
وَهَذَا الْقَوْلُ الْأَخِيرُ نَرَى أَنَّهُ أَرْجَحُ الْأَقْوَالِ وَأَنَّهُ هُوَ الَّذِي تَجْتَمِعُ عَلَيْهِ الْأَدِلَّةُ فِي هَذَا الْبَابِ وَكَمَا تَقَدَّمَ أَنَّ الْمَسْأَلَةَ فِيهَا شَيْءٌ مِنَ الْخِلَافِ وَلِكُلِّ قَوْلٍ وِجْهَتُهُ الَّتِي يَسْتَنِدُ عَلَيْهَا